#Don’tQuit

Standard

#DontQuit karena Tuhan tidak mungkin membawa loe sejauh ini hanya untuk meninggalkan elu ketika elu gagal

#DontQuit dear, org yg sirik akan berasa menang & banyak org masih butuh inspirasi dari elo

#DontQuit my dear friend,gue yakin org yg ngetawain kesedihan yg loe alami bahkan jadiin bahan gosip reaksi loe, belum tentu kuat jd elo.

#DontQuit sahabat,tulis lembaran baru yuk bikin sejarah besok yg kamu tulis hari ini, biar dibaca sm org2 yg nyinyir nunggu kamu bikin salah

#DontQuit my friend, memperbaiki kesalahan memang butuh courage & melelahkan, rest if u must nanti berjuang lagi. Try a lil bit harder

#DontQuit my friend, this too will pass… Next time loe kasih mrk bahan gosip yg lebih spektakuler ttg gmn cara merangkak bangun dr jurang

#DontQuit ya dear, pelangi akan kamu lihat sesaat lagi setelah badai.

#DontQuit my friend, org yg nyindir gak pernah ada di posisi loe & gak tiap hari merasakan yg loe alami! Buat gue temporary insanity bisa tjd

*#DontQuit ini gw ambil dari timeline nya mba @ZoyaAmirin… Thanks for woke me up mba

 

Edison says…

Standard

Many of life’s failures are

people who did not realize

how close they were to success

when they gave up

“Thomas Alva Edison”

Seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya. ibunya membaca kertas tersebut,

Tommy, anak ibu, sangat bodoh. kami minta ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah.
Sang ibu terhenyak membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh, ” anak saya Tommy, bukan anak bodoh. saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia.”

Tommy kecil adalah Thomas Alva Edison yang kita kenal sekarang, salah satu penemu terbesar di dunia. dia hanya bersekolah sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju.

Siapa yang sebelumnya menyangka bahwa bocah tuli yang bodoh sampai-sampai diminta keluar dari sekolah, akhirnya bisa menjadi seorang genius? jawabannya adalah ibunya! Ya, Nancy Edison, ibu dari Thomas Alva Edison, tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah terhadap anaknya.

(re-post) perbedaan orang sukses dan orang gagal

Standard

Dalam segala kesempatan, saya senang mendengar kisah, baik dari mereka yang telah sukses maupun dari mereka yang gagal.

Topik kesukaan orang sukses adalah mengenang saat-saat susah mereka, ketika mereka masih masih miskin dan berjuang keras untuk naik ke atas.

Waktu itu, tidak hanya kesulitan dan masalah, para calon orang sukses itu juga menerima berbagai cercaan dan hinaan yang menyakiti hati.

Mereka menjalani semua itu, dalam tanda kutip, dengan lapang dada.

Suatu saat, kerja keras dan ketabahan mereka akhirnya membuahkan hasil. Mereka menjadi orang sukses!

Ketika saya bertanya, masa-masa apa yang paling dikenang?

Sebagian besar dari mereka, dengan tertawa riang, berkata bahwa masa-masa yang penuh perjuangan itu ketika mereka sedang bersusah payah merangkak naik, adalah masa-masa yang paling sering dikenang.

Ya, masa-masa sulit itu adalah masa-masa yang penuh kenangan. ****

Kebetulan, topik kesenangan orang gagal yang saya kenal itu juga sama.

Mereka suka bercerita, mungkin lebih tepatnya disebut mengeluh, tentang kegagalan dan kesusahan.

Mereka mengeluh betapa hidup ini tidak adil, betapa Tuhan membeda-bedakan orang.

Mereka mengeluh dan mengeluh tentang kesusahan mereka di masa lalu, yang anehnya masih tetap sama di masa kini.

Artinya, mereka tidak mengatasi masalah mereka.

Mereka tidak berubah.

***

Setelah membandingkan kedua artikel pendek di atas, mungkin Anda mulai menyadari bahwa ada suatu perbedaan yang nyata antara orang sukses dan orang gagal.

Tahukah Anda, sebenarnya Tuhan memberikan setiap orang, masalah dan kesulitan yang sama.

Orang sukses itu, mencoba mengatasi masalah mereka, lalu gagal, mencoba lagi, gagal lagi, mencoba lagi, sampai akhirnya berhasil.

Orang gagal, bertanya tentang bagaimana caranya, lalu meminta motivasi, bertanya lagi, meminta motivasi lagi, dan … akhirnya, ia tetap tidak mencobanya.

Atau mungkin ia mencobanya, bertemu kegagalan, lalu kehilangan keberanian, dan tidak mencobanya lagi.

Bila untuk (terus) mencoba saja ia tidak berani, bagaimana mungkin ia akan berhasil?

» Ditulis oleh Johny Rusly Indo_NLP di sebuah milis

** re-post from blog nya ndorokakung (thanks!)

i’m not alone… and this is the new me…

Standard

Sepanjang masa muda,
saya pemalu, minder, kuper,
dan melihat orang kaya
sebagai makhluk lain
yang menjengahkan.

Saya betul-betul tersiksa
dalam keremangan jati diri
dan nanar dalam pencarian
arti kehidupan.

Dalam kesedihan,
saya tetap berfokus
menjadikan diri saya terdidik,
terampil dalam bekerja
dan pandai memenangkan
hati baik orang lain.

Tahu-tahu,
hidup menjadi lain,
dan indah.

Terima kasih Tuhan. 

Mario Teguh

Seorang rekan muda bertanya,

Apa rahasia karir Pak Mario?

Saya tidak begitu pandai,
tidak rajin-rajin banget,
tapi tegas memaksa diri sendiri
untuk belajar dan berhasil
dalam pergaulan yang baik.

Saya menjadi karyawan
yang menghasilkan,
dan wirausahawan yang giat.

Saya menjadi anak, suami,
dan ayah yang penyayang.

Dan yang ini penting,

Saya meminta Tuhan
untuk menggunakan saya
bagi kebaikan hidup sesama.

Itu!

 

[believe it] just be a new you!

Standard

 

”]”]

Engkau yang merasa ada yang hilang dalam dirimu, dan

sudah seperti tak mengenal dirimu sendiri,

Bersedihlah sebentar, tapi…

segera sadarilah ini,

Saat terbaik untuk menetapkan siapa dirimu yang baru,

adalah justru saat kau merasa sudah kehilangan dirimu sendiri.

Jadilah pribadi yang baru.

Tetapkanlah bagimu rincian sifat dan sikap baru yang segar,

yang meyakini hakmu untuk berhasil dan berbahagia.

[Mario Teguh]

another love story…

Standard

love is more easily demonstrated than defined

 

 

terektekk..tekk..tekk… bumi gonjang ganjing, langit kelap kelip…

 

Alksiah pada  jaman duluu banget masa nya masa Kerajaan Kediri ada kisah cinta bagus plus romantis ni tentang sepasang suami istri yang laen daripada yang laen. Bukan Rama-Sinta, Romeo-Juliet apalagi kisah cinta Fitri sama Farel. Ini kisah tentang Kamajaya dan Kamaratih. Dewi Kamaratih yang sayang & setia buangetttt sama suaminya, Batara Kamajaya, rela mati ikutan bakar diri. Soalnya Kamajaya dibakar sama si Batara Guru (atau nama bekennya Dewa Siwa). Sebenernya, kemauan Dewi Kamaratih, yang lagi sedih banget karena suaminya dibakar, untuk minta dibakar juga udah ditolak sama Batara Guru. Tapi, emang dasar udah kadung cinta mati ama suaminya jadinya si Dewi Kamaratih menghampiri suaminya trus ikutan bakar-bakaran deh!

 

Gag lama berselang para dewa akhirnya tau kisah ‘bakar-bakaran’ nya suami-istri ini. Pastinya para dewa ikutan sedih banget doong..! terus para dewa ini ngajuin proposal sama Batara Guru untuk menghidupkan kembali Kamajaya dan Kamaratih. Entah alesan gengsi gag bisa ngidupin lagi atau lain hal Batara Guru menolak lah maunya para dewa itu, tapiii… si Batara Guru menjadikan roh Batara Kamajaya bisa tinggal di dalam hati kaum laki-laki dan roh Dewi Kamaratih di hati kaum perempuan. So… antara laki-laki dan perempuan selalu diselimuti rasa cinta kasih yang selalu menentramkan kehidupan umat manusia. Dengan demikian terciptalah keselarasan dan keharmonisan di dunia manusia. Ciyeeehhh….

 

Batara Kamajaya, dalam keyakinan masyarakat Jawa disimbolkan sebagai Dewa Cinta (aw…aw…aw…). Batara Kamajaya itu anak laki-laki dari Semar dan Dewi Sanggani Putri. Trus, Dewi Kamaratih itu anak perempuan dari Sang Hyang Resi Soma. Ia seorang bidadari dan tinggal di Kaendran. Kamajaya gak pernah pisah dari istrinya Kamaratih (mirip ama Om Sophan Sophiaan ama tante Widyawati gtu deh), kehidupan mereka yang rukun juga saling setia menjadikan kehidupan Kamajaya dan Kamaratih, untuk masyarakat Jawa, menjadi simbol kerukunan suami-istri.

 

*simple re-told for special dearest friend for her wedding gift dan terselip doa untukku semoga aku bertemu sang Kamajaya yang sebenarnya s.e.g.e.r.a (ihiiirr… suitsuit)

just because…

Standard

just because they're animal and they don't intellegent, they were not evacuated

Ironis kita sama-sama hidup di bumi, sama-sama makhluk hidup, bernafas, makan, minum, dll

walaupun bedanya sapi tak berakal tapi mereka yg memberi manusia [yg punya akal tentunya]

kehidupan [baca: susu, daging, dll],

tapi…

kurang diperhatikan atau tepatnya di anggurkan tak penting untuk diungsikan

hanya karena mereka hewan dan tak berakal

*sebuah celotehanku di wall photo seorang teman

import and local

Standard

Go to the people. Learn from them. Live with them. Start with what they know. Build with what they have. The best of leaders when the job is done, when the task is accomplished, the people will say we have done it ourselves.

Lao Tzu


ie… pernah ngalamin kerja bareng bule?”

Pertanyaan ini yang pertama kali mengawali chat aku sama seorang teman yang lagi berada di negara tetangga. Hal ini tercetus dibenak aku setelah aku punya pengalaman baru beberapa waktu terakhir. Beberapa minggu belakangan ini aku diberi kesempatan yang Alhamdulillahirabbil ‘alamin berharga banget. Kesempatan itu bertajuk ‘jadi asisten kurator museum’. Semua perasaan campur aduk ya seneng ya deg degan ya grogi, dll. Kenapa bisa begitu? lantaran tiga hal. Satu,  ya berhubungan sama jenis pekerjaan nya. Dua, kapabilitas aku sebagai seorang manusia. Tiga, ya si Misternya ini.

Bapak yang satu ini bukanlah WNI, tetapi kecintaannya sama anak-anak dan kepeduliaannya akan nasib anak-anak di Indonesia lah yang menghantarkannya untuk tinggal menetap di Indonesia selama lebih dari 20 tahun. Singkat cerita, akhirnya beliau memberikan saya kesempatan untuk jadi asistennya untuk sebuah pameran yang ditujukan untuk anak-anak di dua kota besar di Indonesia. Ini bukan kali pertama aku kerja. Sebelumnya aku pernah bekerja part-timer di sebuah coffeeshop.

Sudah dapat dipastikan dimana pun yang namanya bekerja itu pasti melelahkan dan bla bla bla. Tapi inilah salah satu dari sekian banyak alasan mengapa aku mau menjalani kerjaan macam ini. Gaya kepemimpinan leader nya di tempat aku kerja.

Banyak hal baru yang ku rasain ketika bekerja dengan orang asing. Mereka itu lebih menghargai para pekerja nya. Dimulai dari hal hal kecil seperti, menyapa pekerja nya dengan sapaan simpel ‘Selamat Pagi! Apa kabarnya hari ini? Baik?’. Ketika jam makan siang atau istirahat si boss menganjurkan para pekerjanya untuk segera istirahat dan makan siang. Ketika lembur, berapa lama (jam) para pekerja nya melembur pun segera diperhatikan untuk pembayaran fee lemburnya. Bukan hanya teguran, ketika para pekerja nya punya banyak ide ia mempersilahkan mereka untuk menyampaikan dan ia pun bersedia mendengarkan. Yang bikin menarik nii… masalah sepele seperti uang makan, uang cemilan, atau transport pun diperhitungkan karena bagaimana pun itu adalah hak para pekerja.

Apresiasi boss yang orang asing terhadap para pekerjanya lebih banyak dibandingkan boss yang orang lokal (sepengamatan saya). Ketika mereka menegur para pekerjanya, boss WNA akan mengemukakan alasan mengapa ia harus menegur dan mungkin diberi sedikit bonus kritikan betapa kesalnya ia terhadap kinerja para pegawainya. Namun, setelah itu ia akan mempersilahkan pegawainya untuk mengemukakan alasan atau pembelaan mengapa ia lalai. Hummm.. seems fair kan? marah secara sehat, itu istilah yang sering atasan saya bilang karena semua hal pasti terjadi karena satu alasan. everyone understands, but not everyone can accept, ia menambahkan.

Atasan saya ini gag pernah sekalipun menyuruh saya untuk melakukan ini itu, saya harus begini atau pun harus begitu. Sempat bingung juga waktu pertama kali kerja bareng, harus ngapain nih? tapi lama-lama saya perhatikan atasan saya tidak mau menyuruh saya lantaran ia tahu bahwa terkadang manusia (umumnya orang Indonesia) itu pembosan terhadap pekerjaanya. So, he said “do what you have to do” and “try to learn with your passion” lakukan pekerjaan dengan hati mu, dan lakukan apa yang harus kamu lakukan. Ketika sedang bekerja seringkali ia bertanya “are you love what you’re doing now?”

and Voila!

aku lebih ngerasa enjoy kerja bareng dengan si boss import ini dibandingkan ketika aku bekerja pada atasan yang orang lokal. Perasaan merasa lebih dihargai dan lebih banyak diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri lebih banyak di dapat ketika menjadi volunteer yang notabene tak bergaji dibandingkan ketika menjadi seorang part-timer yang bergaji. Karena bagaimanapun ketika mampu melakukan pekerjaan yang kita sukai dengan ikhlas dan hati riang imbalannya tidak dapat di nilai dengan mata uang mana pun, karena pengalaman seseorang tidak akan pernah bisa dibeli oleh siapapun dan apa pun. So just do what you have to do and love it!

soon…aku update lagi kendala ketika aku kerja bareng si bule ini 🙂

Ad Astra Per Aspera: Karimun Jawa Drop-Books

Standard

Kami adalah relawan yang saat ini sedang menginisiasi perpustakaan komunitas di Kepulauan Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa (Jawa Tengah), Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa tengah.

Ide ini berangkat dari kami anak-anak KKN UGM Unit Karimun Jawa 2008 yang prihatin dengan kondisi sarana dan prasarana pendidikan disana. Terjun langsung berinteraksi dengan anak-anak usia sekolah selama dua bulan jadi pengalaman berharga yang ga ada matinyeeee…. 🙂 trenyuuhhh liat anak-anak SD berjalan kaki berkilo-kilometer jauhnya buat menapaki jalan mewujudkan mimpinya utk jadi nelayan sampe astronot. Meskipun ga ada listrik, sekelas cuma 6 orang, gurunya ga masuk mengajar mereka ga patah arang. Tambah trenyuh lagi waktu mereka mau dateng (dgn jalan kaki juga off course!) ke ‘sekolah sore’ yang kita bikin buat belajar bahasa inggris, origami, penyuluhan sampah, workshop daur ulang sampah, nyanyi bareng, baca buku/majalah bobo. They’re really really smart kids!

Ga jarang mereka ngasih jeruk keprok atau kedondong dari kebun sendiri sebagai tanda terima kasih… wuuff… jadi kangen mereka.

Banyak hal kecil dari mereka yang bikin kami geli tapi bikin kami berpikir. Entah itu hanya bertanya ‘macet itu apa??’ ; ‘kenapa bisa macet?’ ; ‘kaya apa sih kereta api itu?’ ; ‘spiderman tu apa mbak?’ ; ‘doraemon apa sih mbak?’ dan lain-lain

wewwh… i can’t believe it! speechless mau komen apa. tapi itulah realita yang kami hadapi dan rasakan setiap hari.

Beranjak dari hal tersebut kami bermaksud membantu adik-adik kami di Karimun Jawa ini dengan membangun perpustakaan kecil yang harapannya bisa support mereka dalam hal pendidikan. Bagaimana pun biar kepulauan kecil Karimun Jawa tetap bagian dari Indonesia dan tanggung jawab kita juga mewujudkan cita-cita anak-anak Karimun Jawa yang juga anak-anak Indonesia. Satu hal kecil untuk sesama 🙂

*dedicated to Pak Pri, seorang Pejuang Pendidikan yang sabar dan juga mengajarkan kami banyak hal dari kesederhanaan dan keterbatasan 🙂 juga untuk Anak- Anak Karimun Jawa

**Untuk temen-temen yang mau membantu kami entah itu menyumbang buku, majalah, dll bisa hubungi aku lewat blog ini 🙂 untuk selanjutnya aku teruskan kepada mereka

naik gunung turun gunung, di kanan gunung di kiri gunung

Standard

SUPERDAD!!

after 2 months i live with Baduy’s family… finally aku turun gunung jugaa 🙂

banyak ilmu tentang hidup yang bisa aku ambil selama disana terutama kearifan lokal mereka (whooooaaaa there’s a bunch of local knowledge there). Mulai dari yang segede menel sampe yang segede gaban, mulai dari ngurus anak sampe ngurus huma. Mereka hidup di tengah kesederhanaan dan kebersahajaan yang RUAAAAARRRRR BINASAAA!!!

Baru kali ini aku ngerasain tinggal dimana orang ga mikir tentang diri mereka sendiri aja. Especially dalam berumah tangga, baik suami maupun istri, ayah maupun ibu bisa saling melengkapi perannya satu sama lain. Walaupun si ambu cuma ‘ngubek’ ranah domestik alias rumah, tapi ga pernah tuh yang namanya merasa mendapat peran yang tidak adil karena jarang keluar rumah. Ia tetap bisa menjadi ‘wanita karir’ di huma ketika waktu ngahuma tiba. Si ayah pun ga masalah ketika harus ngasuh anak atau masuk dapur waktu si ambu ga ada di rumah. Waktu ngobrol pun tidak tampak sama sekali mereka ‘keberatan’ menggantikan perannya satu sama lain.

Fenomena tersebut bertolak belakang sama realitas sehari-hari yang aku liat. Pernah diberitain di tipi kalo seorang ibu digiring ke kantor polisi karena ninggalin anaknya di rumah kontrakan yang terkunci. Kemanakah ibu yang tega ituu?? ternyata si ibu pergi cari nafkah buat makan mereka, whether its true or not? begitulah pengakuan si ibu. Pertanyaan yang nongol kemudian ialah “Kemana Bapak/Suaminya??” trus berlanjut “Mengapa si Bapak/ Suami tega ninggalin istri & anak-anaknya?” trus “Emang Bapak/Suaminya ga ngasi nafkah?” trus trus trus trus….. ga akan pernah slese deh tu pertanyaan @__@!

Pada akhirnya pesan apa yang gw bisa ambil dari keluarga Baduy ini? ga perduli dimana pun manusia itu berperan yang terpenting ialah bagaimana kita menjalankan peran kita masing-masing dengan sebaik-baiknya dan kemudian kita bisa mengisi peran manusia lain ketika kita sadar bahwa kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan dan ga bisa hidup sendiri. Dengan begitu kita sebagai manusia pun akan sadar dan mampu bahwa kita bisa melengkapi hidup orang lain, tanpa harus berubah memaksakan diri menjadi SEPERTI orang lain.

Se Feliz! Amigos *spread the love at the universe* ^____^