import and local

Standard

Go to the people. Learn from them. Live with them. Start with what they know. Build with what they have. The best of leaders when the job is done, when the task is accomplished, the people will say we have done it ourselves.

Lao Tzu


ie… pernah ngalamin kerja bareng bule?”

Pertanyaan ini yang pertama kali mengawali chat aku sama seorang teman yang lagi berada di negara tetangga. Hal ini tercetus dibenak aku setelah aku punya pengalaman baru beberapa waktu terakhir. Beberapa minggu belakangan ini aku diberi kesempatan yang Alhamdulillahirabbil ‘alamin berharga banget. Kesempatan itu bertajuk ‘jadi asisten kurator museum’. Semua perasaan campur aduk ya seneng ya deg degan ya grogi, dll. Kenapa bisa begitu? lantaran tiga hal. Satu,  ya berhubungan sama jenis pekerjaan nya. Dua, kapabilitas aku sebagai seorang manusia. Tiga, ya si Misternya ini.

Bapak yang satu ini bukanlah WNI, tetapi kecintaannya sama anak-anak dan kepeduliaannya akan nasib anak-anak di Indonesia lah yang menghantarkannya untuk tinggal menetap di Indonesia selama lebih dari 20 tahun. Singkat cerita, akhirnya beliau memberikan saya kesempatan untuk jadi asistennya untuk sebuah pameran yang ditujukan untuk anak-anak di dua kota besar di Indonesia. Ini bukan kali pertama aku kerja. Sebelumnya aku pernah bekerja part-timer di sebuah coffeeshop.

Sudah dapat dipastikan dimana pun yang namanya bekerja itu pasti melelahkan dan bla bla bla. Tapi inilah salah satu dari sekian banyak alasan mengapa aku mau menjalani kerjaan macam ini. Gaya kepemimpinan leader nya di tempat aku kerja.

Banyak hal baru yang ku rasain ketika bekerja dengan orang asing. Mereka itu lebih menghargai para pekerja nya. Dimulai dari hal hal kecil seperti, menyapa pekerja nya dengan sapaan simpel ‘Selamat Pagi! Apa kabarnya hari ini? Baik?’. Ketika jam makan siang atau istirahat si boss menganjurkan para pekerjanya untuk segera istirahat dan makan siang. Ketika lembur, berapa lama (jam) para pekerja nya melembur pun segera diperhatikan untuk pembayaran fee lemburnya. Bukan hanya teguran, ketika para pekerja nya punya banyak ide ia mempersilahkan mereka untuk menyampaikan dan ia pun bersedia mendengarkan. Yang bikin menarik nii… masalah sepele seperti uang makan, uang cemilan, atau transport pun diperhitungkan karena bagaimana pun itu adalah hak para pekerja.

Apresiasi boss yang orang asing terhadap para pekerjanya lebih banyak dibandingkan boss yang orang lokal (sepengamatan saya). Ketika mereka menegur para pekerjanya, boss WNA akan mengemukakan alasan mengapa ia harus menegur dan mungkin diberi sedikit bonus kritikan betapa kesalnya ia terhadap kinerja para pegawainya. Namun, setelah itu ia akan mempersilahkan pegawainya untuk mengemukakan alasan atau pembelaan mengapa ia lalai. Hummm.. seems fair kan? marah secara sehat, itu istilah yang sering atasan saya bilang karena semua hal pasti terjadi karena satu alasan. everyone understands, but not everyone can accept, ia menambahkan.

Atasan saya ini gag pernah sekalipun menyuruh saya untuk melakukan ini itu, saya harus begini atau pun harus begitu. Sempat bingung juga waktu pertama kali kerja bareng, harus ngapain nih? tapi lama-lama saya perhatikan atasan saya tidak mau menyuruh saya lantaran ia tahu bahwa terkadang manusia (umumnya orang Indonesia) itu pembosan terhadap pekerjaanya. So, he said “do what you have to do” and “try to learn with your passion” lakukan pekerjaan dengan hati mu, dan lakukan apa yang harus kamu lakukan. Ketika sedang bekerja seringkali ia bertanya “are you love what you’re doing now?”

and Voila!

aku lebih ngerasa enjoy kerja bareng dengan si boss import ini dibandingkan ketika aku bekerja pada atasan yang orang lokal. Perasaan merasa lebih dihargai dan lebih banyak diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri lebih banyak di dapat ketika menjadi volunteer yang notabene tak bergaji dibandingkan ketika menjadi seorang part-timer yang bergaji. Karena bagaimanapun ketika mampu melakukan pekerjaan yang kita sukai dengan ikhlas dan hati riang imbalannya tidak dapat di nilai dengan mata uang mana pun, karena pengalaman seseorang tidak akan pernah bisa dibeli oleh siapapun dan apa pun. So just do what you have to do and love it!

soon…aku update lagi kendala ketika aku kerja bareng si bule ini 🙂

Leave a comment